Senin, 18 Juni 2012


HABIB LUTHFI (PEKALONGAN - JAWA TENGAH) BERJABAT TANGAN DENGAN 
MAMA KH.SUKANTA ( TOROGONG - LABUAN - PANDEGLANG)
ABUYA TB.PALAWIRA - SEKONG - PANDEGLANG

ABUYA SYAMSUDIN - PETIR - PANDEGLANG

MASYAIKH PON-PES PELAMUNAN - SERANG


ABUYA DAMANHURI - CIKADUEUN - PANDEGLANG 
TINGGAL DAN WAFAT DI JABAL QUBAIS - ARAB SAUDI
ABUYA DIMYATI BIN KH.MUHAMAD AMIN - CIDAHU
 DI PANDEGLANG - BANTEN
ABUYA MUHTADI BIN ABUYA DIMYATI 


ABUYA DIMYATI - CILONGOK - PASAR KEMIS - TANGGERANG













 

-- HABIB UMAR DAN ABAH KH.WASE - KADU MERENAH


u
---- MARHABA ABUYA CIDAHU (PANDEGLANG - BANTEN) ----
 

ABUYA KH.MUHTADI BERSAMA 
ABUYA KH.DIMYATI ( CIDAHU - CADASARI - PANDEGLANG )
KH.DAUD DZOHIRI BIN ABUYA ASLAH  ( CISANTRI - PANDEGLANG )
DENGAN HABIB FAHMI BIN ABUKAR AL-IDRUS ( CIAWI - BOGOR )
KH.TB.FATHUL ADZIM CHOTIB - BANTEN LAMA

KH. IMAN SAEFUDIN MUTO ( CIPACUNG - PANDEGLANG )

KH. JAMALUDDIN ( SOLOK JENGKOL - PANDEGLANG )

KH.MUHAMAD KURTUBI ZAELANI (PENCERAMAH TERBAIK)
RANGKAS BITUNG

KH.UNI ( PENCERAMAH TERBAIK DAN SALAH SATU KIYAI YANG GEMAR BERZIARAH )
PANDEGLANG


KH.A.UCI TURTUSI DIMYATI ( GURU BESAR CILONGOK - PASAR KEMIS )
TANGGERANG
--- PARA PEJUANG ISLAM


DARUL HADIST ALFAQIHIYYAH


DARUL HADIST ALFAQIHIYYAH

ACARA HAUL AKBAR MAHA GURU PON-PES DARUL HADIST AL FAQIHIYYAH MALANG JAWA TIMUR
JL.ARIS MUNANDAR MALANG JAWA TIMUR ( DEKAT ALUN ALUN MALANG ) TLP 0341 362679
======================================================
PENDIRI DAN PENGASUH SERTA DEWAN MUALLIM PON-PES DARUL HADIST ALFAQIHIYYAH MALANG JAWA TIMUR
PON-PES DARUL HADIST AL FAQIHIYYAH MALANG JAWA TIMUR
PON-PES DARUL HADIST MALANG
PON-PES DARUL HADIST AL FAQIHIYYAH MALANG JAWA TIMUR
PENDIRI PON-PES DARUL HADIST ALFAQIHIYYAH ALHAFID AL MUSNID AL QUTUB ALHABIB ABDULLOH BIN SAMAHATUL IMAN AL ALAMAH AL HABIB ABDUL QODIR BIN AHMAD BIL FAQIH
BELIAU ADA DITENGAH, SEBELAH KIRI ANAK BELIAU HABIB ABDULLOH BIL FAQIH
PENGASUH 2 PON-PES DARUL HADIST ALFAQIHIYYAH MALANG
ALHAFID ALALAMAH ALHABIB ABDULLOH BIN ABDUL QODIR BIN AHMAD BIL FAQIH (ALM)
AL HAFIDZ ALHABIB ABDULLOH BIN ABDUL QODIR BIL FAQIH
AL MUSNID AL HABIB ABDULLOH BIN ABDUL QODIR BIL FAQIH
HABIB HUSEIN BIN ABDULLOH BIN MUHSIN AL ATHOS( KIRI)
SAYYID ABDUL QODIR BIN HABIB ABDULLOH BIL FAQIH ( PUTRA HABIB ABDULLOH BIL FAQIH) SEBAGAI PENGASUH DAN DEWAN GURU DARUL HADIST
HABIB ABDUL QODIR BIN HABIB ABDULLOH BIL FAQIH
HABIB MUHAMMAD BIN HABIB ABDULLOH BIL FAQIH(KIRI) PUTRA HABIB ABDULLOH BIL FAQIH(SEBAGAI DEWAN GURU DAN PENGASUH DARUL HADIST)
PENDIRI DAN PENGASUH DARL HADIST
HABIB MUHAMMAD BIL FAQIH
HABIB MUHAMMAD BIN HABIB ABDULLOH BILFAQIH
HABIB ABDURRAHMAN BIL FAQIH (DEWAN GURU DAN PENGASUH PON-PES DARUL HADIST)
HABIB ABDURRAHMAN BIN HABIB ABDULLOH BIL FAQIH
HABIB SOLEH BIN AHMAD BIN SALIM ALAYDRUS (DEWAN GURU PON-PES DARUL HADIST DAN MENANTU AL HABIB ABDULLOH BIL FAQIH)
Habib Soleh bin Ahmad bin Salim Alaydrus,
Dengan teman-teman alumni Darul Hadist
DI PON-PES DARUL HADIST
Suasana peringatan Haul Maha Guru Pon-pes Darul Hadist Al faqihiyyah malang
PON-PES DARUL HADIST AL FAQIHIYYAH MALANG JAWA TIMUR
SEKILAS TENTANG PON-PES DARUL HADIST ALFAQIHIYYAH
Sekitar tahun 1999 saya ta’lim di pon-pes Darul Hadist di bawah asuhan Habib Muhammad Bil Faqih .  Pon-pes Darul hadist terletak di Jl.aries Munandar kota Malang Jawa timur.Sistem pembelajaran yang diajarkan kepada santri-santrinya hingga saat ini tidak mengalami perubahan masih menggunakan sistem salafi seperti yang telah di terapkan oleh pendirinya Alhabr Al habib Abdul qodir Bin Ahmad Bil Faqih begitupun sepeninggalan beliu di asuh oleh anak beliau Al hafidz Al habib Abdulloh Bin Abdul qodir Bil faqih dan sekarang diasuh oleh anak nya Habib Muhammad Bin Abdulloh bil faqih sebagai generasi kertiga .
Disamping mempelajari kitab-kitab salaf juga diadakan pembacaan rotib setiap ba’da Magrib dan subuh,juga pembacaan maulid nabi setiap senin pagi dan malam jumat serta dzikir-dzikir lainnya yang telah di ijazahkan dari Pendiri Pon-pes Al habr habib abdul qodir bil faqih.
Pon-pes Darul hadist banyak melahirkan ulama-ulama terkemuka, seperti Habib Muhammad ba’bud (alm) pendiri pon-pes Darun Nasyi’in malang,Habib syech ali al jufri , Prof Dr Qurais Syihab,Kh.Alwi Muhammad Madura dan masih banyak yang lainnya .Benar seperti yang dikatakan oleh Habib ali bin muhammad al habsyi kwitang “TIDAKLAH SESEORANG YANG BELAJAR KE PESANTREN DARUL HADIST INI KECUALI ORANG TERSEBUT ADALAH ORANG-ORANG YANG BERUNTUNG”
Habib Ali al habsyi kwitang
habib ali alhabsy kwitang dan habib ali bungur
kebesaran Darul Hadist merupakan bukti kebesaran eksistensi dari pendirinya Al Habr Habib Abdul Qodir Bil Faqih bukan besar dan megah serta ribuan santri yang menjadi ukuran hebatnya suatu pesantren tapi ketinggian dan kedalaman ilmu pengasuhnya yang menjadikan pesantren tersebut terkenal.Para santri yang belajardi pesantren Darul Hadist asal mau belajar sunggu-sungguh,mentaati peraturan pondok dan bisa menerapkan rasa ta’zhim kepada gurunya insya Alloh akan mendapatkan ilmu yang bermamfaat dan barokah .
MAQOM HABIB ABDUL QODIR BIL FAQIH DAN HABIB ABDULLOH BILFAQIH
MAQOM HABIB ABDUL QODIR BIL FAQIH DAN HABIB ABDULLOH BIL FAQIH
Kh.Dimyati ardani ( Muallim Dimyati ) Dewan Guru Pon-pes Darul Hadist
MUALLIM DIMYATI

Sumber : www. blog pecinta ulama dan habaib 
FB ; sachrony@yahoo.com

Minggu, 10 Juni 2012

Wali Pitu Bali


Wali Pitu Bali

Walisongo Lengkap
Syiar Islam di Bali memiliki kisah tentang keberadaan Wali Pitu. Mereka merupakan para penyebar Islam yang telah mencapai derajat kewalian yang jumlahnya tujuh orang. Menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota Denpasar, Mustofa Al Amin, nama Wali Pitu merupakan hasil penelitian dari Habib Toyib Zein Assegaf.
“Beliau mendapat isyarat secara kesufian, beliau selalu mendapatkan mimpi secara berulang datang ke bali, hingga suatu waktu beliau bertemu dengan orang Bali yang kebetulan datang ke mojokerto dalam rangka belanja sepatu untuk kepentingan usahanya, kemudian Beliau Habib Toyib ikut dengan orang Bali tersebut sampai ke bali. Kemudian sesampainya di Bali berdasarkan isyarah yang datang kepada Beliau, dengan di temani seorang temannya yg berada di Monang Maning, Beliau melakukan penelitian lapangan, dalam pencariannya untuk menguak tentang adanya ketujuh orang penyiar Islam di Bali ini dan fakta membuktikan isyarat itu benar adanya. Itulah yang dikenal dengan istilah Wali Pitu.
Meski fakta membenarkan keberadaan Wali Pitu, namun penetapan nama itu sendiri bukan berdasarkan kesepakatan umat muslim Bali. Kendati begitu, bukan berarti kiprah Wali Pitu tidak diakui dalam konteks syiar Islam di Bali.
“Validitasnya tidak bisa menyamai Wali Songo, karena kiprah mereka dari cerita ke cerita, bahwa Wali Pitu memiliki pengaruh dan karomah yang sangat penting bagi perkembangan Islam di Bali,” ulasnya.
“Artinya tidak salah jika umat muslim menjadikan Wali Pitu sebagai panutan. Hanya saja, bagi para peziarah makam Wali Pitu ini tetap tidak boleh menyimpang dari syariah.”
MUI sendiri tidak mempermasalahkan keberadaan Wali Pitu ini. Masyarakat menerima atau tidak keberadaan mereka itu merupakan keyakinan masing-masing. Sebab, Wali Pitu memiliki peranan masing-masing kepada masyarakat di zamannya, sembari melakukan syiar Islam. MUI Denpasar mengapresiasi upaya penelitian dan hasilnya tentu yang berkaitan dengan sejarah perkembangan umat Islam di Bali termasuk para tokoh, seperti Wali Pitu, yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan tersebut.
Penelitian dan kajian lebih lanjut, sangat penting dan mendesak sifatnya untuk segera dilakukan. Wali Pitu ini hendaknya menggugah umat Islam Bali khususnya dan Nusantara pada umumnya untuk meningkatkan semangat mereka berdakwah dengan cara dan pendekatan yang moderat, toleran dan damai, di samping berpihak pada kebenaran dan kejujuran, keuletan dan keberanian, serta keadilan dan ketulusan seperti diperankan tokoh-tokoh tersebut,” ajaknya.
“Mereka juga harus lebih memahami kesejarahan mereka di Bali yang memiliki keunikan dan kekhasan.”
Berikut beberapa nama Auliya’ yang disebut Wali Pitu:
1. Pangeran Mas Sepuh alias Raden Amangkuningrat Keramat Pantai Seseh
Makam Beliau terletak di pinggir Pantai Seseh, Mengwi, Tabanan, Bali.
Pangeran Mas Sepuh merupakan gelar. Nama sebenarnya adalah Raden Amangkuningrat, yang terkenal dengan nama Keramat Pantai Seseh. Ia merupakan Putra Raja Mengwi I yang beragama Hindu dan ibunya berasal dari Blambangan (Banyu Wangi Jatim) yang beragama Islam. Sewaktu kecil, beliau sudah berpisah dengan ayahandanya dan diasuh oleh ibundanya di Blambangan. Setelah dewasa, Pangeran Mas Sepuh menanyakan kepada ibunya tentang ayahandanya itu. Setelah Pangeran Mas Sepuh mengetahui jati dirinya, ia memohon izin pada ibunya untuk mencari ayah kandungnya, dengan niat akan mengabdikan diri. Semula, sang ibu keberatan, namun akhirnya diizinkan juga Pangeran Mas Sepuh untuk berangkat ke Bali dengan diiringi oleh beberapa punggawa kerajaan sebagai pengawal dan dibekali sebilah keris pusaka yang berasal dari ayahandanya dari Kerajaan Mengwi
Namun, setelah bertemu dengan ayahnya, terjadilah kesalahpahaman yang di sebabkan kecemburuan dari pihak keluarga kerajaan. Akhirnya Pangeran Mas Sepuh beranjak pulang ke Blambangan untuk memberitahu ibunya tentang peristiwa yang telah terjadi. Namun dalam perjalanan pulang, sesampainya di Pantai Seseh, Pangeran Mas Sepuh diserang sekelompok orang bersenjata yang tak dikenal, sehingga pertempuran tak dapat dihindari lagi. Melihat korban berjatuhan yang tidak sedikit dari kedua belah pihak, keris pusaka milik Pangeran Mas Sepuh dicabut dan diacungkan ke atas, seketika itu ujung keris mengeluarkan sinar dan terjadilah keajaiban, kelompok bersenjata yang menyerang tersebut mendadak lumpuh, bersimpuh diam seribu bahasa. Akhirnya diketahui kalau penyerang itu masih ada hubungan kekeluargaan, hal ini dilihat dari pakaian dan juga dari pandangan bathiniyah Pangeran Mas Sepuh. Akhirnya keris pusaka dimasukkan kembali dalam karangkanya, dan kelompok penyerang tersebut dapat bergerak dan kemudian memberi hormat kepada Pangeran Mas Sepuh.
Salah satu karomah yang diberikan Allah kepada Pangeran Mas Sepuh ialah kemampuan berjalan diatas permukaan air. Kesaktian yang luar biasa yang dimiliki Paneran Mas Sepuh ternyata memunculkan rasa kecemburuan diantara putra-putra Raja Mengwi. Bahkan suatu ketika saat Pangeran Mas Sepuh diperintahkan untuk menuju Taman Ayun (tempat peristirahatan keluarga Raja) di Mengwi. Taman Ayun dikelilingi danau mengitari bangunan lengkap dengan taman indahnya. Tanpa diduga, saat Pangeran Mas Sepuh berjalan diatas air danau dan bersila diatas bunga teratai, terlihat oleh prajurit kerajaan. Tentu apa yang disaksikan prajurit kerajaan tersebut sungguh menggegerkan seluruh Istana. Selain karomah tersebut, Panggran Mas Sepuh juga dikenal mampu mengobati berbagai macam penyakit. Bahkan, tak sedikit ‘dukun’ yang mencari ilmu untuk belajar cara pengobatan. Namun, yang paling mencengangkan serta sempat disaksikan pasukan kerajaan Mengwi ialah saat Pangeran Mas Sepuh dalam perjalanan menuju Bali dari Kerajaan Blambangan (Jawa) terlihat hanya berjalan diatas air laut. Pangeran Mas Sepuh tampak tenang berjalan diantara deburan serta gulungan ombak.
beberapa foto dari hasil penelusuran Tim Sarkub dapat anda lihat di
http://www.panoramio.com/user/6637186
Raden Amangkuningrat Wali Pitu
2. Habib Ali Bin Abu Bakar Bin Umar Bin Abu Bakar Al Khamid
Habib Ali bin Abubakar bin Umar al-Hamid, yang makamnya terdapat di Desa Kusumba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Makam keramat ini terletak tak jauh dari selat yang menghubungkan Klungkung dengan pulau Nusa Penida. Selain dikeramatkan oleh kaum muslimin, makam ini juga dikeramatkan oleh umat Hindu. Di depan makam dibangun patung seorang tokoh bersorban dan berjubah menunggang kuda.
Semasa hidupnya Habib Ali mengajar bahasa Melayu kepada Raja Dhalem I Dewa Agung Jambe dari Kerajaan Klungkung. Sang raja menghadiahkan seekor kuda kepadanya sebagai kendaraan dari kediamannya di Kusamba menuju istana Klungkung. Suatu hari, pulang mengajar di istana, ia diserang oleh kawanan perampok. Ia wafat dengan puluhan luka di tubuhnya.
Jenazahnya dimakamkan di ujung barat pekuburan desa Kusamba. Malam hari selepas penguburan, terjadi keajaiban. Dari atas makam menyemburlah kobaran api, membubung ke angkasa, memburu kawanan perampok yang membunuh sang Habib. Akhirnya semua kawanan perampok itu tewas terbakar. Kaum muslimin setempat biasa menggelar haul Habib Ali setiap Ahad pertama bulan Sya’ban.
Makam Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar Al Hamid berada di tepi pantai di Desa Kusumba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, tidak jauh dari selat yang menghubungkan Klungkung dengan Nusa Penida. Selain dikeramatkan oleh kaum muslimin, makam ini juga dikeramatkan oleh umat Hindu. Semasa hidupnya, Habib Ali mengajar bahasa Melayu kepada Raja Dalem I Dewa Agung Jambe dari Kerajaan Klungkung. Sang Prabu menghadiahkan seekor kuda sebagai kendaraan dari kediamannya di Kusamba menuju puri Klungkung.
Pada suatu hari, sewaktu Habib Ali pulang dari Klungkung dan sesampainya di pantai Kusamba, beliau diserang oleh sekelompok orang yang tidak dikenal dengan senjata tajam dan tewas di tempat. Akhirnya, jenazah beliau dimakamkan di ujung barat pekuburan Desa Kusamba.
3. Syeh Maulana yusuf Al Magribi
4. Habib Ali Bin Zaenal Abidin Al Idrus
5. Habib Umar Maulana Yusuf
6. Syeh Abdul Qodir Muhammad
7. Habib Ali Bin Umar Bafaqih

HABIB AHMAD BIN ALWI AL HADAD (HABIB KUNCUNG KALIBATA)


HABIB AHMAD BIN ALWI AL HADAD (HABIB KUNCUNG KALIBATA)

HABIB AHMAD BIN ALWI AL HADAD
Tak jauh dari Mall Kalibata terdapat maqom Seorang waliyulloh, Habib Ahmad Bin alwi Al hadad yang dikenal dengan Habib Kuncung. Beliau adalah seorang ulama yang memilki prilaku ganjil (khoriqul a’dah) yaitu diluar kebiasaan manusia umumnya.beliau adalah waliyullah yang sengaja ditutup kewaliannya agar orang biasa tidak menyadari kelebihannya karena di kawatirkan umat nabi Muhammad terlalu mencintainya dan agar tidak terlena dengan karamah nya tersebut maka allah swt menutup karamahnya tersebut dan hanya orang-orang tertentu yang dapat melihat semua karomah Beliau.Habib Kuncung juga terkenal sebagai ahli Darkah maksudnya disaat sesorang dalam kesulitan dan sangat memerlukan bantuan beliau muncul dengan tiba – tiba .Lahir di Gurfha HadroMaut Tarim tanggal 26 sya’ban Tahun 1254 H, beliau berguru kepada Ayahandanya sendiri Habib alwi Al Hadad dan juga belajar kepada Al A’lamah Habib Ali bin Husein Al Hadad, Habib Abdurrahman Bin Abdulloh Al Habsyi dan Habib Abdulloh bin Muchsin al athos. Sebagaimana kebiasaan Ulama-ulama dari Hadromaut untuk melakukan perjalanan Ritual Dakwah ke berbagai negara termasuk ke Indonesia. Habib ahmad bin Alwi al hadad melakukan ritual dakwah ke Indonesia pertama kali singgah di Kupang dan menurut cerita Beliau Menetap beberapa tahun disana dan menikah dengan wanita bernama Syarifah Raguan Al Habsyi dan di karunai anak bernama Habib Muhammad Bin Ahmad Al Hadad. Selanjutnya Habib Ahmad bin Alwi al hadad melanjutkan dakwahnya ke pulau jawa dan menetap di Kali Bata hingga wafatnya.
Gelar Habib Kuncung yang diberikan kepada Habib Ahmad bin Alwi Al hadad yang saya tahu karena kebiasaan Beliau mengenakan Kopiah yang menjulang keatas (Muncung), dan Prilaku beliau yang terlihat aneh dari kebiasaan orang pada umumnya terutama dalam hal berpakaian. Habib Kuncung Wafat dalam usia 93 tahun tepatnya tanggal 29 sya,ban 1345 H atau sekitar tahun 1926 M dan di Maqomkan di Pemakaman Keluarga Al Hadad di Kalibata jakarta selatan.
maoqom Habib ahmad bin alwi al hadad
MAQOM HABIB AHMAD BIN ALWI AL HADAD KALIBATA JAKSEL
Hingga kini Maqom Beliau selalu Ramai di kunjungi oleh para Peziarah dari berbagai daerah di Nusantara terutama pada perayaan Maulid yang diadakan setiap minggu pertama Bulan Robiul awal ba’da asyar.

Habib Ali Kwitang

Al-Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi

Habib ali
Lahir20 April 1870
Bendera Indonesia Jakarta
Meninggal13 Oktober 1968 (umur 98)
Jakarta
KebangsaanIndonesia
Nama panggilanHabib Ali Kwitang
PekerjaanDa'i
Dikenal karenapenyiar agama
AgamaIslam
AnakAbdurrahman
Muhammad

Masa Kecil

Ia dilahirkan di daerah KwitangJakarta (lahir di JakartaJakarta20 April 1870 – meninggal di Jakarta13 Oktober 1968 pada umur 98 tahun) bertepatan dengan tanggal hijriah 20 Jumadil Awwal 1286 H dari pasangan Abdurrahman bin Abdullah Alhabsyi dan Salmah. Ayahnya adalah seorang ulama dan da'i keturunan arab sayyid yang hidup zuhud, sementara ibunya adalah seorang wanita sholehah puteri seorang ulama Betawi dari Kampung MelayuJatinegaraJakarta Timur.[rujukan?]. Ayahnya meninggal dunia saat Ali dalam usia kecil.
Ketika usianya mencapai sekitar 11 tahun, ia berangkat ke Hadramaut untuk belajar agama. Tempat pertama yang ditujunya ialah ke rubath Habib ‘Abdur Rahman bin ‘Alwi al-’Aydrus. Di sana beliau menekuni belajar dengan para ulamanya, antara yang menjadi gurunya ialah Shohibul Maulid Habib ‘Ali bin Muhammad al-Habsyi, Habib Hasan bin Ahmad al-’Aydrus, Habib Zain bin ‘Alwi Ba’Abud, Habib Ahmad bin Hasan al-’Aththas dan Syaikh Hasan bin ‘Awadh. Beliau juga berkesempatan ke al-Haramain dan meneguk ilmu daripada ulama di sana, antara gurunya di sana adalah Habib Muhammad bin Husain al-Habsyi (Mufti Makkah), Sayyid Abu Bakar al-Bakri Syatha ad-Dimyati, (pengarang I’aanathuth Thoolibiin yang masyhur) Syaikh Muhammad Said Babsail, Syaikh ‘Umar Hamda.

[sunting]Masa Muda dan Tua

Habib Ali menunaikan haji 3 kali. Pertama tahun 1311 H/1894 M pada masa Syarif Aun, kedua tahun 1343 H/1925 M pada masa Syarif Husein, dan ketiga tahun 1354 H/1936 M pada masa Ibnu Saud dan pergi ke Madinah 2 kali.
Ia mulai melaksanakan maulid akhir Kamis bulan Rabiul Awwal setelah wafatnya Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi sejak tahun 1338 H/1920 M sampai 1355 H/1937 M di madrasah Jamiat Kheir.
Dalam rangka memantapkan tugas dakwahnya, Habib Ali membangun Masjid ar-Riyadh tahun 1940-an di Kwitang serta di samping masjid tersebut didirikannya sebuah madrasah yang diberi nama Madrasah Unwanul Falah. Tanah yang digunakan untuk membangun masjid tersebut merupakan wakaf yang sebagian diberikan oleh seorang betawi bernama Haji Jaelani (Mad Jaelani) asal Kwitang[1]. Banyak ulama betawi atau Jakarta yang pernah menjadi muridnya atau pernah belajar di madrasah yang didirikannya. Di antara muridnya yang terkenal adalah K.H. ‘Abdullah Syafi’i (pendiri majlis taklim Assyafi'iyah, K.H. Thahir Rohili (pendiri majlis taklim Atthohiriyah dan K.H. Fathullah Harun (ayah dari Dr. Musa Fathullah Harun, seorang bekas pensyarah UKM).
Saat meninggalnya Habib Ali, stasiun penyiaran TV satu-satunya Indonesia saat itu, TVRI, menyiarkan berita wafatnya.[2] Habib Salim bin Jindan membaiat putera Habib Ali yang bernama Muhammad untuk meneruskan perjuangan keagamaan yang dilakukan ayahnya.
Putera sulungnya yang bernama Abdurrahman mengawini seorang wanita keturunan belanda bernama Maria Van Engels[3] yang lalu masuk islam dan mengubah namanya menjadi mariam.

Karier dan Dakwah


Pengajian Habib Ali Kwitang di zaman Jepang.
Selain menuntut ilmu, Ia juga aktif dalam mengembangkan dakwah Islamiyyah, mengajak umat Islam untuk mengikuti ajaran-ajaran Islam dengan dasar cinta kepada Allah dan Muhammad SAW. Selain di pengajian tetap di Majlis Taklim Kwitang yang diadakan setiap hari Minggu pagi sejak kurang lebih 70 tahun yang lalu hingga sekarang dengan kunjungan umat Islam yang berpuluh-puluh ribu, ia juga aktif menjalankan dakwah di lain-lain tempat di seluruh Indonesia. Bahkan hingga ke desa-desa yang terpencil di lereng-lereng gunung.
Selain itu Habib Ali juga berdakwah ke Singapura, Malaysia, India, Pakistan, Srilangka dan Mesir. Selain itu beliau juga sempat menulis beberapa kitab, di antaranya Al-Azhar Al-Wardiyyah fi As-Shuurah An-Nabawiyyah dan Ad-Durar fi As-Shalawat ala Khair Al-Bariyyah [4]
Menurut Muhammad Asad, penulis lebih dari 20 buku yang terbit di Timur Tengah yang puluhan tahun mengenal Habib Ali, menilai, bahwa majelis taklimnya dapat bertahan selama lebih dari satu abad karena inti ajaran Islam yang disuguhkannya berlandaskan tauhid, kemurnian iman, solidaritas sosial, serta akhlakul karimah. Ia juga menjelaskan bahwa ajaran dakwah Habib Alwi berupa pelatihan kebersihan jiwa, tasauf mu’tabarah dan dialog antara makhluk dengan al-Khalik serta antara sesama mahluk. Habib Ali tidak pernah menglajarkan ideologi kebencian, iri, dengki, ghibahfitnah dan namimah. Sebaliknya, Habib Ali mengembangkan tradisi kakek-kakeknya dari keluarga ahlul bait yang intinya menjunjung tinggi nilai kemanusian, menghormati hak-hak setiap manusia tanpa membedakan manusia atas latarbelakang status sosial mereka.[5]